Sebelum aku tak lagi mencintaimu, kamu selalu menjadi
tujuan favorit bagi ingatanku. Aku akan memilin cerita demi cerita ketika kita sedang
berbincang berdua lalu menertawainya. Mengagumkan bagaimana satu cinta bisa
membuat dua hati merasa nyaman. Seperti kita.
Sebelum aku tak lagi mencintaimu, aku akan merindukan pagi
untuk cepat datang lagi. Itu satu-satunya kesempatan untuk melihatmu kembali.
Tersenyum ketika dua pasang mata kita saling bertemu, mengirimkan sms-sms tidak
jelas asalkan ada bahan untuk berbicara denganmu, atau menyeruput kopiku
sengaja lebih pelan dari biasanya agar aku juga bisa bersamamu lebih lama.
Sebelum aku tak lagi mencintaimu, kamu adalah bahagiaku.
Tempat aku menitipkan hatiku untuk tinggal sementara (dan selalu berharap bisa
di sana selamanya), atau tempat aku merekam adegan-adegan kamu dalam
potongan-potongan kecil untuk aku ingat lagi nanti malam, dan malam berikutnya,
dan malam berikutnya.
Tapi, mungkin benar pepatah para orang tua, “Manusia
berencana, Tuhan yang menentukannya.”
Aku berencana mencintaimu, menjaga bahagiamu. Tapi menurut
Tuhan, aku lebih baik mencari jalan yang berbeda. Mungkin, menurut Tuhan, kita berdua bisa
jadi akan menjadi dua orang paling berbahagia jika bersama. Karena itulah Tuhan
memutuskan untuk membagi kebahagiaan kita kepada orang lain secara adil dengan cara tidak menjadikan kita
bersama.
Itu pikiran positifku. Benar atau tidaknya, aku lebih suka
berpikir seperti itu.
Yang harus kamu ingat hanyalah, sebelum aku tak lagi mencintaimu, kamu pernah menjadi bagian
paling menyenangkan dalam ceritaku.
Tapi itu dulu.
Dulu, sebelum aku tak lagi mencintaimu.
Tapi itu dulu.
Dulu, sebelum aku tak lagi mencintaimu.
Categories:
Flashfiction
Aaaahhhhhhhhhh..:'(
(╥_╥)
Pahit-pahit betul tulisan kak Erick ini :')
dalem banget mas :'(
Sebelum aku tak lagi mencintaimu, aku mencintaimu
"Tapi itu dulu.
Dulu, sebelum aku tak lagi mencintaimu"
yg kalimat terakhir itu loh.. nyesek2 wow kak :(
bisakah berhenti mencintaimu????
:)
Sebelumnya. Sebelumnya.
Gembel, aing nangis nih!