Seringkali, kita lupa. Seolah ada sebuah kekosongan yang hanya bisa terisi oleh kehadiran seseorang karena kita selama ini selalu bersama dia. Kita lupa, jauh sebelum adanya dia, kita sudah sudah ada, sendiri, bahagia. Kita pernah ke mana-mana, berbuat apa saja, tanpa perlu tangan lain menggenggam, tanpa harus ada dia di depan. Kita pernah menemukan betapa tenangnya hanya duduk dengan secangkir teh hangat atau kopi, dengan melihat handphone atau buku, tanpa siapa-siapa, hanya kita. 

Kita baik-baik saja. Utuh. Lengkap. Belum ada kehadiran dia sebelumnya, begitupun seharusnya setelahnya. Kita cukup. 

Namun, perlahan kita mulai meyakini bahwa kebahagiaan itu adalah pantulan dari tatapan mata orang lain, atau suara tawa yang menemani kita. Kita sibuk memvalidasi bahkan mencari alasan, demi keyakinan bahwa kita sekarang lebih bahagia dengan pengakuan dari luar, ...Dia. Padahal, bahagia sudah ada sebelumnya, tak pernah terjadi oleh "karena". Karena dia, karena tempat, karena apa saja. "Karena" sebagaimana fungsinya memang seperti pelengkap dalam sebuah kalimat. Bisa digantikan koma, atau kata lain seperti sebab, lantaran, demi, dan lain sebagainya.

Jadi, biarkan saja. Tetaplah berjalan, meski sudah lagi tanpa dia. Berusaha sembuh dan baik-baik saja lagi seperti sebelum ada siapa-siapa.

Tapi, harus diingat juga, sembuh itu bukan tentang tergesa-gesa mencari pengganti, memaksakan hati untuk berpura-pura baik-baik saja. Pelan-pelan saja. Resapi setiap jalannya. Karena sembuh itu bukan menghilangkan lukanya atau menghapus kenangannya, justru tentang mendekap erat luka yang lama. Ada hal di dunia yang tidak bisa kita lupa, tapi kita bisa tidak mengingatnya. Jadi, rasakan saja perihnya, jangan menyangkalnya. Karena memang itu ada, itu rasa. Berhenti mencari tahu kenapa, karena kalau kamu tidak melakukan apa-apa, berarti bukan kamu juga alasannya.

Ini bukan balapan menuju garis finis, melainkan sebuah perjalanan hati dan mental yang penuh penerimaan.

Yang harus diingat, kamu tidak butuh dicintai oleh orang lain dulu untuk merasa berharga. Kamu sudah berharga, tanpa harus dipuji dan diakui siapa-siapa. Jangan mengubah dirimu menjadi lebih buruk hanya karena seseorang memilih untuk menjauh. Kamu sudah luka, jangan menambahnya dengan hidupmu menjadi tidak bahagia. 

Kamu tidak apa-apa. Bersedihlah dulu, menangis dulu. Jalani dulu. Tidak perlu menggantungkan bahwa kalau menemukan yang lainnya, kamu bisa kembali bahagia. Tidak perlu tergesa bertemu orang baru. Bahagia dengan dirimu dulu. Makan makanan kesukaanmu, pergi ke tempat yang kamu mau, melakukan apa yang sebelumnya belum kamu lakukan padahal itu keinginanmu. Kembali menjadi dirimu.

Karena melepaskan, bukanlah tentang kehilangan. Bisa jadi itu jalan Tuhan untuk menunjukkan bukan yang terbaik untukmu. Bisa jadi ini adalah waktu untuk kembali ke dirimu sendiri agar suatu saat bisa bersama orang yang benar-benar mencintaimu, tanpa harus berpura-pura atau mengubah dirimu menjadi kesukaan dia. Bisa jadi inilah waktunya kamu kembali ke rumah yang paling hangat, paling aman, dan paling sejati: yaitu dirimu.

Bahagia lagi karena menemukan orang yang paling pantas kamu cintai di dunia ini. 

Dirimu sendiri.

Categories: