Kebodohanku yang pertama adalah menemukanmu di sana, berbicara sebentar, bercanda, dan kemudian mengagumimu. Aku baru menemukan seseorang yang begitu cerdasnya mengamati segala sesuatu. Seperti menemukan aku yang lain yang selama ini tidak pernah kutemukan. Seperti berbicara dengan diri sendiri dan berdiskusi tentang hal-hal yang aku sukai. Bedanya, kamu seorang perempuan dan aku lelaki yang tiba-tiba saja kehilangan ketenangan.

Kebodohanku yang kedua adalah mencintaimu. Ya, dengan frekuensi bertemu sesering itu dan kenyataan bahwa aku melakukan kebodohan awal dengan ‘mengagumimu’, sepertinya memang tinggal menunggu waktu sampai tahap aku mencintaimu. Dan waktunya sudah datang sekarang. Sebenarnya aku belum siap, tapi kenyataannya, kedatangannya memang terlalu cepat. Dan hatiku yang jatuh itu, aku menunggu untuk kamu tangkap.

Kebodohanku yang ketiga adalah menunggumu. Menunggu sampai kamu bersiap menangkap hatiku yang jatuh setelah itu. Aku sampai menghitung hari, jam, dan detik; bertanya-tanya apakah sekarang waktunya kamu menangkap hatiku? Sejam kemudian bertanya lagi, apakah sekarang? Sehari kemudian masih bertanya lagi, apakah sekarang? Dan aku terus menunggu, hari, minggu, bulan. Sampai kemudian semuanya buyar sejak kedatangan lelaki itu.

Kebodohanku yang keempat adalah masih mencintaimu. Ya. Bahkan ketika lelaki itu datang dan mengambilmu dari semua kesempatan kita bertemu, aku masih juga mencintaimu. Berpura-pura sangat tahu bahwa cintamu kepada lelaki itu adalah sementara. Cepat atau lambat cintamu akan pudar dan kemudian menangkap hatiku yang jatuh sudah terlalu lama. Jadi, aku akan membiarkan hatiku tetap mengambang dan melayang terus di sekitarmu. Aku akan menunggu.

Kebodohanku yang kelima adalah itu, masih menunggumu. Sialnya, ternyata cintamu tidak segera memudar. Kamu, berbahagia dengannya. Menikmati setiap menit kebersamaanmu dengannya. Hingga pada suatu malam, dalam kelelahan dan kesakitan yang sangat karena terus menunggu, aku kemudian berbincang dengan hati dan pikiranku. Ini harus berhenti. Semakin lama aku melakukan ini--terus menunggumu, semakin lama juga aku sakit hati. Kami--aku, hati, dan pikiranku, kemudian memutuskan untuk mulai hari ini berhenti mencintaimu. Ini keputusan bulat. Titik.

Kebodohanku yang keenam adalah melanggar keputusanku sendiri dengan memilih untuk tetap mencintaimu. Ya. Ini terasa bodoh sekali. Keputusan yang diperhitungkan secara matang, aku langgar sendiri. Ternyata, aku lebih memilih terus sakit hati daripada pergi. Ternyata, untuk beberapa waktu kemudian aku harus bersiap untuk terus menerus sakit hati.  
Di momen ini, aku merasa dunia sedang mengasihani hatiku dan memandang marah kepadaku.
Kebodohanku yang ketujuh adalah tetap menunggumu. Ini fatal dan menurutku keterlaluan. Setelah berbulan-bulan tanpa harapan, aku masih menunggumu untuk menangkap hatiku yang jatuh itu. Padahal, tandanya sudah kelihatan. Sangat kelihatan. Kamu tidak akan menangkapnya sampai kapan pun bahkan walaupun hatiku sudah satu sentimeter di atas tanganmu. Dan kenyataannya, memang yang terjadi seperti itu. Hatiku tidak pernah ditangkap olehmu. Kamu nyaman di dekat hatiku, tapi tidak pernah bermaksud memilikinya. Dan itu melelahkan. Setidaknya bagiku. Bagimu mungkin tidak.

Di momen ini lagi, dunia mengutukku dan membela habis-habisan hatiku yang menjadi luka karena keegoisanku.

Kebodohanku yang kedelapan adalah meratapi banyaknya waktu yang terbuang karena mencintai dan menunggumu. Berlama-lama bersedih dan memikirkan kenapa kamu bisa semengagumkan itu dan kenapa aku harus mengenalmu. Lalu mulai berpikir untuk kenapa lelaki itu yang kamu tangkap hatinya dan bukan aku. Dan semalaman, berjatuhan ratusan ‘kenapa-kenapa’ lainnya, bersama ketumbanganku. Iya. Yang kamu baca benar. Ada tulisan 'ketumbanganku' di sana. Aku memang tumbang. Lalu kenapa?!

Kebodohanku yang kesembilan adalah masih hidup di masa lalu dengan kamu tetap menggelayut di pikiranku. Ini menyesakkan, tapi seperti itu kenyataannya. Bukan kamu yang salah, aku yang selalu membawamu ke mana pun. Ke dalam hujan, ke dalam lagu, ke dalam tulisan, ke dalam malam, ke dalam mimpi. Lihat bukan? Aku sudah gila. Mungkin, aku harus berhenti melakukannya, berhenti menjadi gila.

Kebodohanku yang kesepuluh adalah selalu menggerutu tentang kesembilan kebodohanku, tapi tidak juga membiarkannya berlalu. Juga menyesali kenapa dari kesembilan kebodohanku itu, semuanya tentang kamu. Ada yang pernah tahu cara menghentikan semua kebodohan ini agar rasa sakitnya berhenti?

Tapi, sepertinya kebodohanku akan terus berlanjut. Oh ya, semoga kebodohanku yang berlanjut itu, bukan lagi tentang kamu.

Semoga kebodohan selanjutnya ini, menemukan orang yang memiliki kebodohan yang sama sepertiku. Jadi, namanya bukan lagi akan 'kebodohan', tapi 'saling berbahagia dalam mencintai'.


Categories:

21 Responses so far.

  1. apapun itu jgn ada kebodohan lagi itu lebih baik

  2. wah saya juga sering mengalami kebodohan2.

    jangan di ulangi lagi pastinya

  3. Nunuu says:

    "Kebodohanku yang keempat adalah masih mencintaimu. Ya. Bahkan ketika lelaki itu datang dan mengambilmu dari semua waktu kita untuk bertemu, berbincang dan mengulang semua kesenangan kita yang nyaris semuanya sama, aku masih juga mencintaimu. Berpura-pura sangat tahu bahwa cintamu kepada lelaki itu adalah sementara. Cepat atau lambat cintamu akan pudar dan kemudian menangkap hatiku yang jatuh sudah terlalu lama. Mengambang dan melayang terus di sekitarmu. Jadi, mungkin aku akan menunggu."


    Kalimat yang paling ngena di hati dan sekitarnya :'D

  4. kebodohan kebodohan yang sepertinya pernah di rasakan juga oleh saya sendiri, kebodohan yang setidaknya harus di jadikan sebagai pelajaran karena kita bsa lebih baik karena berkaca dari kebodohan kebodohan. Terimakasih tulisanya. Nice posting mas :))

  5. Anonim says:

    yeah, semua orang rata2 sudah melakukan kebodohan-kebodohan itu bukan?
    :)

    btw nice blog, namara. :)
    salam kenal

  6. Ely Meyer says:

    aku kok jadi membayangkan bagaimana ya sosok perempuan yang sudah begitu membuat seorang laki laki memelihara *kebodohan* nya :) ... pasti cantik jelita bak bidadari

  7. iya bodoh banget sih kamu. sini aku ajarin jadi pinter. jangan cuma dipedam nanti jadi selulit. diungkapin. don't let go off the thing that fated to be yours or they'll gone forever...! :)

  8. @mbak Lidya: Amin mbak. :) Nanti saya sampaikan.

    @Asep: Amiin kang. :)

    @Dek Nurul: Hhahaha itu nanya ngarep dek. Hampir semua orang mungkin melakukannya.

    @Yayack: Iya. Semoga tidak ada yang melakukannya lagi. :)

    @DarkCloudy: Iyap. Saya rasa hampir semuanya pernah mengalaminya. :)

    @Mbak Ely: Hihihi. Mungkin iya mbak. Mungkin dia seperti itu bagi si tokoh.

    @Annesya: Hahaha. Siap diajarin, Va. Biar gak selulit. Nanti, kalau saya mengalaminya, ajarin ya. :) Kalau mengalaminya.

  9. "kebodohan" yang dipilih untuk mencintai dan menunggu s'o yg sdh diketahui tak mungkin bisa menerimaa cinta dan tak menginginkan untuk dinantikan...*semoga tdk kelamaan*

  10. Unknown says:

    Mungkin. Tidak. Oh tidak, mungkin saja mungkin. Kamu bahagia dengan kebodohan-kebodohanmu, menyukai setiap keluhmu tentang kebodohanmu tentangnya itu,lalu menggerutui itu. Itulah alasan kamu tetap bertahan disana. Memikirkan 'wanita'mu itu saja sudah membahagiakan,bukan? Yang sakit itu,rasa ingin memilikimu yang belum terpenuhi. Semoga segera terjawab :)

  11. 'Dalem' banget mas. Terharu :')

  12. @Ririe: Semoga. Semoga.

    @Elyd: Iya. Itu sepertinya jauh lebih sakit. :)

    @Amy: :)

  13. seandainya wanita yg membuatmu bodoh itu membaca ini....jd pengen bayangin reaksinya deh..ehehehe

    aniway, thx ya sudah komen di blog ku...oya, koq ini postingan lama sih? yg baru mana?

  14. JLEB banget kak :D ..
    Kebodohan itu pernah juga menghampiriku.
    kebodohan yang bertambah selalu dan semakin menggebu.. -__-

  15. SYM says:

    ur still namara, lama euy gak main sini dan nadanya masih sama... #JLEB

    well minggu depan sy main ke Jogja Nam, kl sempat tgl 27 kopdar yuk... rame2 cuman belum tau dimana. DM nomor hp dong :D

  16. Anonim says:

    well,melakukan kebodohan keempat dan seterusnya itu benar-benar nggak enak! >,<

  17. sebodoh itu juga aku ka...

  18. aih, tragis juga kisahnya ..
    kebodohan demi cinta .. hmm.. so sweet bener tokohnya :D :D

  19. astaga :| aku berada didalamnya, sungguh...

  20. Wah #Jleb kak, selintas aku jadi merasa bodoh yah, semoga tidak lagi lain kali .. :)