“Dia bukan siapa-siapa. Teman biasa. Jangan curigaan, ah!”
katamu.
Ya, aku tau. Aku tahu ceritamu dan dia. Kalian bersahabat
sejak SMA. Aku tau. Tidak ada cinta. Aku tau. Tau kalau selalu itu yang kamu
ceritakan kepadaku.
Aku hanya mau tanya. Bagaimana kamu akan menjelaskan
senyummu yang bisa otomatis muncul begitu saja ketika tidak sengaja bertemu
dengannya? Bagaimana kamu akan menjelaskan kecepatanmu yang dengan segera
menjawab telepon atau WA-nya? Bagaimana kamu akan menjelaskan betapa sering
dengan tidak sengaja kamu bisa tiba-tiba bercerita tentang dia dengan begitu
semangatnya?
Ya, mungkin karena kalian sudah mengenal dan dekat begitu
lama. Ya, tentu saja. Dua orang yang kenal dan sering bersama dalam waktu lama bisa
sangat dekat dan tidak akan lupa. Baiklah, mungkin memang seperti itu.
Aku menenangkan hatiku dengan cara itu.
Tetapi, itu dulu.
Lalu pada suatu acara reuni kalian, dia membacakan puisi.
Ketika namanya dipanggil, kamu mungkin tidak tahu aku memperhatikanmu. Kamu
terlalu fokus pada senyum dan berbinarnya matamu mengikuti langkahnya ke
panggung. Dan ketika dia membacakan puisi, kamu lupa segalanya. Lupa kalau ada
aku di sana, di sampingmu, memperhatikanmu yang matamu seperti lengket
kepadanya dan senyummu seperti default kalau ada dia di jangkauan mata.
Kamu mencintainya. Masih mencintainya. Tidak pernah tidak. Aku
tau. Semua terlihat terlalu jelas dari cara kamu melihatnya. Tidak ada orang
yang bisa menyembunyikan cinta sebesar itu di matanya.
Aku tidak tahu harus bersedih atau lega karena akhirnya kecurigaanku
memang nyata.
Kalau cinta itu masih penuh dengan dia, aku kamu sisakan berapa?
Oya, kapan kamu bisa menerima kenyataan kalau dia sudah
menikah dengan seseorang?
*Sengaja menuliskan kata ‘tau’ yang sebenarnya EYD nya
adalah ‘tahu’. Untuk kali ini, karena judulnya akan ambigu jika ditulis ‘Aku
tahu’. Orang mungkin akan berpikiran ‘kenapa kamu bukan tempe?’
Categories:
Scenefiction
Ah. Ada plot twist di catatan paling bawah hahaha
Postingannya selalu keren.
coba berkunjung ke tempat saya. semoga ada yang suka.
https://goo.gl/IMMiFb
thanks.
Yang terakhir nyesek, "dia sudah meikah" :(
Well, imho. Keterangan yang bawah seharusnya tidak ada. Hehe.
:'(
"karena meski hati ini milikku, tapi aku juga nggak ngerti bagaimana mengarahkan hatiku. kepada siapa dia harus menuju."
mungkin, seperti itu jawabanku.ketika awal paragraf, munculnya pertanyaan2mu, aku sudah dengan sangat tahu bahwa dia mencintai sahabatnya itu. dan, dia tidak berterus terang padamu, karena dia tidak ingin menyakitimu. sekaligus, itu adalah sangkalan yang dia tujukan untuk dirinya sendiri.
kalau kamu tanya seperti pada paragraf terakhirmu, apa benar-benar kamu tidak tahu? sesungguhnya dia tahu. dia sangat tahu. kalo sahabatnya telah menikah. tapi, apa yang harus dia lakukan sementara hatinya selalu menghianati "tahu"nya itu.
sekarang, aku bertanya balik padamu. apa kamu tahu kalau mungkin saja dia begitu tersiksa dengan hatinya yang tak mau berubah arah?
too-immersed-to-the-3rd-character :D
Aaa selalu suka sama tulisannya:))
Terasa kesindir bang :') ��
"Aku kamu sisakan berapa?" Kalimat tanya yang cantik sekaligus pilu. Suka.
Iya aku tahu. Tp aku bisa apa....
#makjlebbanget
Iya aku tahu. Tp aku bisa apa....
#makjlebbanget
menyayat hati banget