Ya, aku tahu. Kita tidak bisa
kembali ke masa lalu.
Ya, aku juga tahu. Sebenarnya sudah
bukan waktunya lagi aku berbicara mengenai cinta, rindu, atau apa pun yang
berkaitan dengan itu.
Tapi, Fey. Kadang-kadang aku memang
kangen kamu. Kangen obrolan kita. Kangen meluangkan waktu bersama. Kangen melihatmu
menggodaku sambil tertawa.
Kalau menurutmu aku sengaja mengingatnya, tidak
juga. Aku tahu berdasar pengalamanku, Fey. Tidak seharusnya mengingat masa
lalu jika memang sedang berusaha melupakan masa lalu. Itu sama saja berniat ke
arah selatan, tapi kita berjalan menuju utara. Jadi kangen kamu itu bukan
sesuatu yang kusengaja. Itu terjadi begitu saja. I dont want it, but it just happen like it.
Karena pada saat aku minum kopi
hitam sendirian, aku teringat kalau kita sedang ngobrol berdua, aku akan
memesan kopi hitam, dan kamu memesan cokelat hangat. Atau pada saat di tv
sedang ada film “50 First Date” aku akan ingat, kita dulu menonton film itu
berdua. Atau juga ketika di radio diputar lagu “Never Gonna Leave This Bed”,
dalam hati aku akan mengatakan kita pernah karaoke menyanyikan lagu itu
bersama. Suaraku sering fals, dan kamu selalu berhenti menyanyi sambil tertawa.
Satu yang kusadari kemudian, setiap
kebersamaan kita entah kenapa secara otomatis terekam. Sayangnya, di memori
manusia tidak ada tombol delete atau format. Kita juga tidak bisa sengaja
berusaha amnesia untuk memori tertentu saja. Apalagi kalau memori itu istimewa
karena kita sedang mengalami jatuh cinta. Kalau tidak bisa dibilang tidak
mungkin lupa, mungkin bisa dibilang akan susah untuk sengaja lupa.
Dan setiap rekaman itu, menjadi
semacam tabungan kenangan, yang bisa muncul kapan-kapan untuk kurindukan.
Seperti yang pertama kita bertemu, kamu mengenakan kacamata dengan baju biru
dan rok gelap biru. Tetapi kamu jarang lagi mengenakan kacamata setelah itu.
Atau kamu selalu mengeluhkan mata sipitmu, padahal justru itu yang paling aku
suka darimu. Atau kamu juga mengeluhkan badanmu yang tidak tinggi, dan aku
selalu mengatakan tetap saja seperti ini, kalau tidak ada yang menerimamu, kamu
bisa kembali ke sini. Di sampingku ini. Kamu akan tertawa dan mengatakan
gombal. Kalau saja kamu tahu, aku selalu menyembunyikan kenyataan perasaanku
dalam setiap gombalanku.
Ya, aku memahaminya. Kita tidak
bersama. Jarak mungkin juga salah satu penyebabnya.
Tetapi seandainya, Fey, seandainya.
Kalau waktu itu kamu tidak pergi, atau aku berani mengatakan mencintaimu. Apakah
saat ini kita yang bersama? Dan jika saat ini kita bersama, bahagiakah kita?
Categories:
Scenefiction
Ahh mas ara, sekian lama ngga pernah mampir kesini
Tulisanmu masih aja ngenaaaa T_T
Mungkin bisa dilanjut mas,
Jika saat ini kita bersama, bahagiakah kita?
Usul bagus. Izin aku gunakan ya dek. :) Terima kasih banget.
Mas ara, selalu ditunggu ya postingannya ;)
Indah.. tapi harapannya aku enggak suka. Soalnya saya juga sedang berharap. Dan saya harap bisa berhenti berharap.
Jarak juga mungkin salah satu penyebabnya :(
ngena mas :D
ditunggu update annya :)
mencintai dalam diam
susah untuk sengaja lupa >< melawan lupa :)