Aku ingat ketika kamu memasuki ruangan, dan aku seperti... pernah merasa bahwa semua pandangan seolah menyempit pada satu titik? Mungkin seperti itu. Selalu seperti itu setiap hari Rabu.

And there. Look at you. Berjalan dengan percaya diri, tersenyum menyapa teman-temanmu sambil entah bercanda tentang apa. Mungkin aku tidak mendengarnya atau mungkin fokusku diambil sepenuhnya oleh kamu sampai aku tidak bisa mendengar apa-apa.


Sebelum duduk, kamu sempat melihatku, tersenyum (Atau setidaknya menurutku itu memang kamu tersenyum kepadaku). Aku berdebar. Kencang. Lalu ikut tersenyum. Merasa senang karena kamu melihatku. Kamu, yang setiap hari Rabu, akan berenang di gedung sebelah dan akan berkumpul di sini bersama teman-temanmu. Menikmati semangkok mi (biasanya) dan juga es lemon tea. Aku, yang setiap Rabu, akan duduk di pojokan sebelah kiri pintu belakang (tempat paling tersembunyi) menikmati secangkir kopi dan roti selai stroberi. Mengeluarkan buku untuk kubaca sambil sesekali mencuri pandang ke arahmu.

Lalu akan menikmati pemandangan punggungmu (kalau beruntung sering wajah sampingmu jika sedang bercanda dengan teman lainnya). Kamu selalu memilih kursi yang menatap pintu masuk. Aku tidak tahu alasannya, tapi kamu selalu di posisi itu. Dan sepertinya teman-teman kamu sudah mengerti itu, karena aku lihat tempat itu selalu sengaja dikosongkan sebelum kamu datang. Jadi, posisiku selalu hanya bisa melihat punggungmu, kecuali tentu saja saat kamu masuk ruangan atau mengambil sedotan di kasir yang letaknya tegak lurus dariku.

Kalau berjalan masuk, ada urutan meja sebelah kiri dan kanan. Dan kalian akan berkumpul di meja nomor tiga dari pintu bagian kiri. Itulah kenapa aku selalu bisa menikmati kamu. Berlama-lama sampai kamu pergi entah ke mana lagi setelah itu.

Hari ini berbeda. Hari ini, aku masih di tempat yang sama, karena aku selalu memesan tempat ini setiap hari Rabu beberapa jam sebelumnya. Tetapi kamu, kalian, tidak di tempat biasanya. Aku juga tidak tahu kenapa hari ini banyak abg yang ke tempat ini. Satu-satunya tempat kosong hanyalah meja di sampingku. Tempat tersembunyi kedua di cafe ini. Sering kujadikan cadangan kalau tempatku yang sekarang sudah dipesan orang terlebih dahulu.

Mungkin karena itulah kamu tadi bisa melihatku, tersenyum kepadaku, hal yang selalu kuhindari dan karena itu aku selalu memilih tempat paling pojok dan paling belakang. Tetapi kata sebuah buku yang kubaca, secara psikologi, aku sebenarnya menginginkan hal yang aku hindari. Menginginkan kamu melihatku, tersenyum kepadaku. Tapi (secara psikologi lagi), aku terlalu takut jika memang ternyata ada kesempatan itu, apakah benar-benar kamu akan melihatku, menyapaku? Jadi, sebenarnya bukan kamu yang kuhindari, tetapi 'hasil yang tidak diinginkan' yang kuhindari sehingga aku memilih tempat yang tersembunyi. Terlalu takut kalau hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, membuat kita tidak berani mengejarnya.


Kali ini, aku tidak memandang punggungmu lagi. Aku bisa memandangmu penuh dari sudut diagonal, sehingga bisa melihat kamu tertawa, berbicara, berwajah serius, semuanya. Sepuas-puasnya. Aku menikmatinya tapi malu kapan pun aku ketahuan melakukannya olehmu. 

Lalu kamu berjalan. Mendekat.

"Hai," katamu.

Aku tersenyum untuk menutupi kegugupanku.

"Hai," balasku.

Dia mengulurkan tangan, tersenyum, dan aku menjabat tangannya. Hangat.

"Arya," katanya. O, namanya Arya.

Kalau ada satu hal yang tidak akan pernah bisa kulupakan, momen ini akan menjadi salah satunya.

"Jadi," katanya, "setiap hari Rabu, kamu akan duduk di sini, di tempat paling tersembunyi, memesan kopi dan roti selai stroberi, membaca buku, sendiri. Kecuali hari ini. Hari ini akan juga ada aku."

Bumi seperti berhenti bergerak.

Dia tersenyum.


Categories:

18 Responses so far.

  1. Hai Ara, apa kabarnya?

  2. Nyovika says:

    Baru baca blognya lagi, menyenangkan bisa baca tulisan kak namara 😅

  3. akhirnya ada post baru lagi, trmkh mas ara. sudah ditunggu2

  4. Unknown says:

    Nulis lagi yang banyak ya bang ara :)

  5. Unknown says:

    Namarapucciono cowok atau cewek? Ada yang manggil kak ada yang manggil bang.

  6. Unknown says:

    namarappuccino itu cowo. tapi tulisannya selalu bikin nyesssss♡

  7. Olya mj says:

    hohohoho... can't imagine that was me :')

  8. eka says:

    Tulisannya mengingatkan saya pada Boy Chandra

  9. Unknown says:

    Sayangnya dia ga pernah tau saya ada

  10. Anonim says:

    sepertinya saya pernah membaca cerita ini di salah satu novel buatan indonesia. koreksi saya jika saya salah ya mas ara :)

  11. Artikel blog yang sangat bagus gan

  12. pazanafa says:

    Sayangnya dia tidak pernah berlama-lama di hadapanku. Hanya singgah dan berkata hai.... Lalu pergi.... "Hai.." yang tak pernah aku harapkan. Lebih menikmati memandang dari kejauhan dengan seribu khayalan tentang pertemuan.... Dibandingkan kata "hai..." Lalu pergi. Yang akhirnya menghancurkan khayalan tentang kamu

  13. Hari rabu ditempat yang tersembunyi,,,sayangnya cuma disetiap hari rabu.

  14. karena dia tidak pernah menganggap saya ada. Ceritanya mantap

  15. Terima kasih atas artikel yang di sajikan

  16. Berbakat juga jadi penulis cerpen gan, ceritane lumayan

  17. Mungkin kalau suatu saat ingat saya diberitahu ya. Semoga memang tidak pernah sama. 🙂