Bersama

Posted by Namarappuccino on September - 11

Kita, selalu punya mimpi. Aku, kamu, mereka.

Kadang mimpi kita sama, meskipun lebih sering berbeda. Tapi dalam satu hal, kita selalu punya mimpi yang sama. Dalam satu perahu, kita akan memiliki tujuan sama. Dalam satu pesawat, kita akan memiliki tujuan sama. Setidaknya arahnya sama, meski nanti mungkin akan melanjutkan perjalanan lanjutan bagi yang lainnya.

Dan dalam menuju mimpi itu, jangan sampai kita terlalu menginginkan banyak hal, sampai kita lupa tentang moral. Karena memiliki banyak hal, tidak pernah terlalu berarti di hadapan Tuhan, dan akan dianggap rendah bagi orang yang kita rugikan. Kita sering lupa bahwa sebenarnya yang paling kaya bukanlah yang memiliki terbanyak, tetapi yang membutuhkan paling sedikit. Lalu melakukan berbagai hal hanya karena kita menginginkannya.

Jangan sampai juga kita terlalu iri dengan keberhasilan orang lain sampai kita lupa mengurusi pekerjaan kita sendiri. Apa pun yang dilakukan mereka, urusan mereka. Baik, buruknya. Tugas kita, melakukan apa yang harus kita lakukan sebaik-baiknya.

Jangan sampai kita lupa bahwa dua orang bisa melihat satu hal yang sama tapi dari sudut pandang yang berbeda. Kalau dipertemukan, bisa jadi kesimpulannya akan sama. Tapi kalau lebih sibuk dengan pembenaran masing-masing, tidak akan sampai pada kesimpulan bahwa yang dilihat adalah sama. Untuk berbahagia, kita harus bersabar sebentar. Termasuk dalam memiliki pendapat yang berbeda. Apa pun perbedaannya, kita harus ingat bahwa kita berada dalam arah yang sama.

Dan karena kita punya mimpi yang sama, untuk maju bersama, mari kita selaraskan hati dan pikiran, lalu terus berjalan. Ada kendala, iya. Ada masalah, tentu saja. Tapi kita pasti bisa melaluinya.

Kita adalah buku cerita. Tidak ada salah satu babnya, buku itu berkurang maknanya.

Kita adalah warna-warni pelangi. Kebersatuan warnanyalah yang membuat pelangi menjadi semenarik yang kita lihat sekarang ini.

Kita adalah rumah lengkap yang masing-masing kita memiliki peran di dalamnya. Pintu, jendela, atap, lantai, dinding, dan lain sebagainya. Tanpa salah satunya, rumah itu tidak akan lagi memiliki keamanan yang sama.

Kita adalah kita. Yang bergandengan tangan dalam satu kebersamaan. Memiliki mimpi sama dalam satu bidang. Untuk berjalan bersama, untuk memberikan uluran tangan ketika ada yang kelelahan, untuk memberikan senyuman ketika ada yang tidak sabaran, untuk tetap berada di barisan agar tidak ketinggalan atau ditinggalkan.

Kita adalah kita. Yang punya kemauan sama untuk maju ke depan. Bersama.

Karena jarak terjauh itu saling mematahkan, jarak terdekatnya, saling bergandengan tangan.

___________

Dulu menuliskan ini untuk seorang teman pada sebuah acara gathering kantor. :)

Jadi, memang 'kita' di sini, adalah lebih kepada kebersamaan untuk meraih tujuan bersama.

Kalau boleh berbagi, awal tulisan adalah di bawah ini, lalu diedit (karena untuk kantor) jadi seperti tulisan di atas.

"Kita, selalu punya mimpi. Aku, kamu, mereka.

Kadang mimpi kita sama, meskipun lebih sering berbeda.

Jangan sampai kita terlalu berpikir tentang masa depan, sampai kita lupa bahwa kita juga harus hidup di masa sekarang.

Jangan sampai kita terlalu menginginkan banyak hal, sampai kita lupa tentang moral. Memiliki banyak hal, tidak pernah berarti di hadapan Tuhan, dan akan dianggap rendah bagi orang yang kita rugikan.

Jangan sampai kesehatan kita hilang hanya untuk mencari uang tetapi kemudian menggunakan uang itu untuk mengembalikan kesehatan kita lagi.

Jangan sampai kita terlalu iri dengan keberhasilan orang lain sampai kita lupa mengurusi pekerjaan kita sendiri. Apa pun yang dilakukan mereka, urusan mereka. Tugas kita, melakukan apa yang harus kita lakukan sebaik-baiknya.

Jangan sampai kita beranggapan bahwa yang paling kaya adalah yang memiliki terbanyak. Padahal yang paling kaya adalah yang membutuhkan paling sedikit.

Jangan sampai kita lupa bahwa dua orang bisa melihat satu hal yang sama tapi dari sudut pandang yang berbeda. Kalau dipertemukan, bisa jadi kesimpulannya akan sama. Tapi kalau lebih sibuk dengan pembenaran masing-masing, tidak akan sampai pada kesimpulan bahwa yang dilihat adalah sama.

Jangan sampai kita lupa bahwa untuk sebuah kebahagiaan, kita harus bersabar sebentar. Melalui proses yang tidak mungkin instan.

Jangan sampai kita lupa, bahwa bukan beratnya beban yang membuat hati dan fisik kita kelelahan, tapi berapa lama kita mengangkat dan merasakannya. Kita sering lupa bahwa melepaskan bisa meringankan.

Jangan sampai kita lupa, bahwa lebih menyakiti membenci daripada dibenci. Membenci membuat kita ingin tahu sesuatu yang bahkan tidak perlu kita tahu tentang orang itu
Memikirkan orang dan kelakuannya yang bahkan tidak perlu kita pikirkan. Hanya untuk mencari kekurangan dan kelemahan orang lain, agar bisa tetap membenci.

Jangan sampai kita lupa bahwa jika sesuatu terjadi dan terpuruk, yang terpuruk bukan kita, tapi kejadiannya. Kita tetap baik-baik saja. Kita hanya harus menyelesaikannya.

Kita sering lupa untuk menikmati apa yang ada di depan kita hanya karena tertarik dengan sesuatu yang belum tentu lebih baik daripada yang kita punya. Lalu seringkali berujung pada kita tidak mendapat keduanya.

Dan kalau kita punya mimpi yang sama, untuk maju bersama, mari kita selaraskan hati dan pikiran, lalu terus berjalan. Ada kendala, iya. Ada masalah, tentu saja.