Aku bisa saja tetap ‘mengganggumu’ dengan pesan-pesan ‘Apa
kabar?’ atau ‘Lagi apa?’-ku. Aku bisa juga meneleponmu hanya untuk mendengar
suaramu dan membuatmu terbiasa dengan perbincangan-perbincangan kita maupun
keberadaanku. Apapun selama aku bisa sekadar menyiratkan, “Hai! Aku di sini.
Aku ada. Lihat aku.”
Aku bisa saja tetap berharap kalau suatu saat kamu akan
memberikan bunga, mengatakan kalau kamu menyadari perasaanku dan kamu merasakan
yang sama. Harapan yang tidak juga hilang meski sudah berusaha berulang kali
kulupakan.
Aku bisa terus menganggap kamu yang terbaik untukku, tidak
ada yang lain. Lalu mengabaikan orang-orang di sekelilingku. Mengabaikan
kelebihan-kelebihan mereka karena aku hanya terfokus pada kelebihan-kelebihanmu.
Kamu, dan hanya kamu. Seperti ada banyak lilin di suatu ruangan, tetapi hanya
satu lilin yang aku perhatikan.
Aku bisa saja terus memikirkan cara bagaimana untuk mendapat
perhatianmu, bagaimana agar kamu tahu di sini selalu ada aku, lalu terus
berusaha sampai kamu bisa mengerti kalau aku tidak pernah beranjak pergi.
Aku bisa saja tetap di sini, menunggu.
Tetapi, seberapa lama pun aku menunggu, hasilnya akan sama
saja kalau bahkan kamu saja tidak pernah berpikir tentangku.
Categories:
Scenefiction
kenapa selalu pas dan menusuk hati :'(
Aku ingin menunggumu, tapi pantaskah kamu untuk ditunggu?
Pernahkah kamu berpikir tentangku sebentar saja?
pas bgt sama yang aku rasain saat ini
Menunggulah untuk orang yang benar-benar datang.
Ya allah.... mas namara :(
dalam banget tulisannya
ka izin copas ya ka
udah lama ga kesini, eh udah disambut sm postingan yg begini :(
Bener bgt mas.
Smua yg qt usahakan sia-sia
Mengalami nya :(
YAAMPUN BAPERRR
Aduhhh dari pada baper mending ber travel ria ajaa
wahh kereen nih , yok ke malang