Sudah, teman. Dia tidak mencintaimu. Terima, lalui, dan
berjalanlah kembali.
Kamu mengira dia juga punya perasaan yang sama denganmu, meski ternyata kenyataannya tidak. Sebenarnya sederhana, kalaupun kamu membuat dia bahagia bukan berarti kamu membuat dia jatuh cinta. Itu beda. Pun ketika dia memujimu juga, bukan berarti dia menyenangimu. Kadang memuji artinya memuji. Itu saja. Bukan mencintaimu. Kamu salah mengerti. Tapi, tidak apa. Hal seperti itu sering terjadi.
Lagipula kamu mau apa? Kalaupun kamu akan datang ke tempat
mana pun dia memintamu datang, atau menemaninya sepanjang waktu dari pagi
sampai pagi lagi hanya untuk mendengarnya bercerita dan membuatnya tertawa,
atau membuatkannya hal-hal istimewa seperti kejutan dan semacamnya untuk membuatnya
bahagia, well masalahnya, teman, dia tidak
mencintaimu. Terima saja.
Iya, teman, aku paham. Sangat paham. Kamu mencintainya, mencintai gadis itu. Tapi hentikan, sudah cukup. Kamu pernah membuatnya tertawa. Iya, aku melihatnya sendiri ketika itu, tapi sudah cukup. Kamu sering menemaninya bercerita sampai larut malam. Iya, itu juga, tapi sudah cukup.
Iya, teman, aku paham. Sangat paham. Kamu mencintainya, mencintai gadis itu. Tapi hentikan, sudah cukup. Kamu pernah membuatnya tertawa. Iya, aku melihatnya sendiri ketika itu, tapi sudah cukup. Kamu sering menemaninya bercerita sampai larut malam. Iya, itu juga, tapi sudah cukup.
Kamu sudah melakukan apa yang kamu bisa untuk membuatnya
jatuh cinta. Tapi sudah cukup. Sekarang, waktunya kamu melepaskannya. Dia sudah
punya kebahagiaannya, tanpa kamu harus membuatnya bahagia. Tanpa kamu pun, sekarang,
sudah ada yang menemaninya bercerita berlama-lama.
Sudah, berhenti saja. Kasihani hatimu, kasihani masa depanmu, kasihani dirimu sendiri.
Iya, kamu memang belum sempat mengatakan mencintainya, dan kamu penasaran sekali dengan itu. Aku tahu. Tapi, tidak apa. Kalau kamu mau mengatakannya, katakan saja. Tapi bukankah dengan mengatakannya, kamu justru membuatnya tidak nyaman?
Sudah, berhenti saja. Kasihani hatimu, kasihani masa depanmu, kasihani dirimu sendiri.
Iya, kamu memang belum sempat mengatakan mencintainya, dan kamu penasaran sekali dengan itu. Aku tahu. Tapi, tidak apa. Kalau kamu mau mengatakannya, katakan saja. Tapi bukankah dengan mengatakannya, kamu justru membuatnya tidak nyaman?
Kamu dan aku sama-sama tahu, dia sudah bahagia. Dengan mengatakannya, akan membuatnya
menerima situasi yang benar-benar tidak menyamankannya. Membuatnya merasa tidak enak denganmu karena membuatmu patah hati. Ke depannya, ketika kamu dan dia bertemu lagi, bisa-bisa yang ada hanya kecanggungan saja. Tidak mengenakkan sama sekali, bukan? Ah, tapi itu tadi hanya pikiran
logikaku saja. Kamu boleh menerimanya boleh tidak. Ini tetap hidupmu, bukan
aku. Cintamu, bukan aku. Hatimu, bukan hatiku.
Iya. Aku juga tahu itu. Sangat tahu kalau dia memesona. Tidak banyak gadis sepertinya. Iya. Aku mengerti juga kalau kamu merindunya. Merindu berbincang dengannya, merindu membuatnya tertawa, merindu berbagi cerita.
Tapi demi kebaikanmu, berhenti saja. Lupakan dia. Akan ada cinta yang lain untukmu. Kamu hanya harus melihat ke arah lain, ke mana pun itu. Kalau yang kamu lihat selalu dia, kamu tidak akan bisa melihat bahagia lain yang mungkin sudah menunggumu, di sana, di luar sana. Bukan yang sekarang memang, tapi benar-benar ada dan nyata.Yang kamu mencintainya, dan dia mencintaimu. Tapi nanti ya, nanti. Karena kadang, untuk kebahagiaan, kamu hanya harus bersabar sebentar.
Oya, berjanjilah kamu akan baik-baik saja. Dia? Tidak perlu khawatir, sudah ada yang menjaganya.
Kalau kamu mencintainya, kamu lebih suka dia bahagia, bukan? Seharusnya. Jadi, lakukan seperti itu. Biarkan dia berbahagia.
Iya. Aku juga tahu itu. Sangat tahu kalau dia memesona. Tidak banyak gadis sepertinya. Iya. Aku mengerti juga kalau kamu merindunya. Merindu berbincang dengannya, merindu membuatnya tertawa, merindu berbagi cerita.
Tapi demi kebaikanmu, berhenti saja. Lupakan dia. Akan ada cinta yang lain untukmu. Kamu hanya harus melihat ke arah lain, ke mana pun itu. Kalau yang kamu lihat selalu dia, kamu tidak akan bisa melihat bahagia lain yang mungkin sudah menunggumu, di sana, di luar sana. Bukan yang sekarang memang, tapi benar-benar ada dan nyata.Yang kamu mencintainya, dan dia mencintaimu. Tapi nanti ya, nanti. Karena kadang, untuk kebahagiaan, kamu hanya harus bersabar sebentar.
Oya, berjanjilah kamu akan baik-baik saja. Dia? Tidak perlu khawatir, sudah ada yang menjaganya.
Kalau kamu mencintainya, kamu lebih suka dia bahagia, bukan? Seharusnya. Jadi, lakukan seperti itu. Biarkan dia berbahagia.
Terima saja. Lalui, dan berjalan lagi seperti biasa.
Categories:
Flashfiction,
My Shout,
SHINE ON
saya suka templatenya, itu menunjukkan tidak lain kecuali bahwa pemilik blog ini adalah pecinta kopi.
Sama seperti saya
:)
melepaskan memang bukan hal yang mudah, tetapi terkadang adalah hal yang harus dilakukan untuk membahagiakan diri kita sendiri :)
tapi susah lho... kadang itu berat banget merelakan orang yg kita cintai jd milik orang lain. aku aja butuh satu tahun utk melupakan dan menerima kepergiannya.
Terima kasih untuk posting brillian-nya ya mas, sangat menyadarkan mifta :)
"i love you enough to let you go"
^_^
Iya berjanjilah akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatirkan dia, sudah ada yang menjaganya..
Sudah melakukan apa yang bisa untuk membuatnya jatuh cinta, tapi kenyataannya dia memilih cinta yang lain (bukan karena dia tak tahu seberapa besarnya cintamu), jadi tak perlu penasaran hanya karena belum pernah menyatakan perasaanmu, selain hanya akan membuat suasana canggung juga tak akan mengubah fakta jika dia sudah mnemukan kebahagiaannya dengang orang lain...
terima kasih untuk postingan ini kak ara ^^
"Kamu sudah melakukan apa yang kamu bisa untuk membuatnya jatuh cinta. Tapi sudah cukup. Sekarang, waktunya kamu melepaskannya. Dia sudah punya kebahagiaannya, tanpa kamu harus membuatnya bahagia"
susah banget ngelakuinnya. brrti emang benar yg namanya melepas dan mengikhlaskan itu butuh suatu kekuatan hati :)
tulisannya makin buat lemes bacanya mas, tapi aku suka :) hihi
kenyataan dan logika yang dilemparkan langsung ke depan wajah, ya :') postingan ini persis kopi, bikin nyesek karena pahitnya, tapi menyegarkan!
Kunjungan berkala ke sini lagi dan langsung disuguhkan dengan postingan baru ini. >u<
Mengalir, pahit, tapi tetap hangat. terima ksih seperti biasa kak, inspirasi lagi untukku melepas dia.. :)
kenapa 'pencerita' disini selalu bijak?
kapan di tunjukkan ke egoisannya? bahwa seharusnya dia juga bahagia, tdk selalu membahagiakan orang lain
:/
i like it.. :)
kadang, kita terlalu lama terpaku pada satu hal yang seharusnya kita tinggalkan..
dalem banget nasehatnya...like like
"Cinta tidak harus memiliki" sangat berlaku di dalam postinganmu yang ini, Kak Erick, Kak Ara, eemm... siapa sih namamu sebenarnya???
baiklah saya akan jalani ini smua :)
ihh ngga seneng sama yang ini, makjlebb pas baca :(
waduh...kok bisa kena banget ya..emm
ijin share ya..hehehehe
"Aww!!"
*ketampar* hehehe
jleb jleb.. :(
kutipan kata2 ini ckup mnusuk hati ya : "Kalau kamu mencintainya, kamu lebih suka dia bahagia, bukan? Seharusnya. Jadi, lakukan seperti itu. Biarkan dia berbahagia."
Dalem
Dia? Tidak perlu khawatir, sudah ada yang menjaganya...
huffttt.... :'(
Saran saya om bikin buku aja om
Saran saya om bikin buku aja om
ini ceritanya :'( , baaguuuussssss
terima saja lalui dan berjalan seperti biasa :')