Selamat datang di kepalaku.
Kalau kamu melihat ada banyak sekali potret dan fragmen
video menyenangkan tentangmu, jangan salahkan aku. Itu selalu tidak sengaja
terekam di sana. Mataku memotretnya atau merekamnya dan mengirimnya di situ. Di
kepalaku. Menjejalkan sebanyak-banyaknya apa pun tentang kamu. Katanya, biar
ruangan kecil itu penuh dengan kamu.
Aku bisa apa? Aku bahkan tidak bisa mengeluarkan satu
kaligrafi kecil yang bertulis namamu dari sana. Entah siapa yang menempatkannya
di ruang itu. Mungkin jantungku. Aku tidak tahu.
Dan kalau kemudian ada speaker yang kemudian memainkan suara
dari macam-macam ceritamu, salahkan telingaku. Aku kira telinga hanya berfungsi
untuk mendengar. Aku salah paham. Ternyata fungsinya bisa sama dengan mata. Merekam.
Ah, dasar. Bahkan rekaman suaramu juga ada di ruang itu. Banyak.
Sekarang begini saja. Kebetulan kamu sedang bermain di sana.
Bolehkah, kamu kemasi semuanya dan kamu bawa pergi?
Ya, bawa pergi dan masukkan di kepalanya. Seseorangmu yang
sekarang.
Ya. Aku sudah tahu tentang dia.
Categories:
Flashfiction
Andai mengusir seseorang dari kepala semudah menekan tombol delete di handphone..
bahas spt ini kadang nggak mudah dipahami buat seorang yg nggak begitu ngerti tentang mengungkapkan perasaan lewat uraian kata yg sangat indah
@Ayya: its not that easy, but sometimes we have to do it. :D
@Ely: Hehehe. Maafkan mbak. Nect time, better. :)
I really hold my breath reading this .. I know how it feels like
nice words :)
:D
It still fiction though.
But, i've been there before. So i think that exactly what we feel.
membaca tulisan kak namara yg ini seperti merobek kembali luka jahit dihati
ada yg sama
"Seseorangmu yang sekarang.
Ya. Aku sudah tahu tentang dia"
kalimat itu
dalam, bahkan teramat