Pada
suatu ketika aku mendengar kamu bercerita tentang betapa kamu menyukai sebuah
lagu tepat beberapa hari setelah aku upload tentang lagu itu di blogku. Kita? Suka lagu yang sama? Siapa yang duluan? Sepertinya aku. Jangan-jangan kamu
mendengar lagu itu, setelah aku meng-uploadnya? Ah, tapi pasti tidak. Pasti hanya kebetulan.
Aku
juga selalu membaca fiksimu. Dalam cerita itu, tokoh utamanya, si gadis, mencintai
laki-laki yang entah kenapa, beberapa ciri dalam tokoh itu mirip aku. Mirip,
tapi tidak sama. Tapi, mungkin memang kebetulan. Mungkin perasaanku saja yang ke-geer-an.
Ya. Kebetulan.
Aku
pun pernah menemukanmu membaca buku. Itu adalah buku yang aku suka. Karena itu aku sering
menawarkan orang lain untuk membacanya. Pada suatu ketika, kamu bercerita membaca
buku itu. Dan suka sekali, sama seperti aku suka buku itu. Buku yang
kuceritakan, kamu baca? Kebetulan? Iya. Pasti. Lagipula itu buku laris. Jadi
semua orang pasti mengetahuinya. Pasti kebetulan saja.
Ini.
Pada suatu ketika, aku menemukan ada nama dengan inisial seperti namaku di
salah satu bukumu. Seperti. Tapi yang punya inisial itu pasti juga banyak
sekali. Bagaimanapun juga huruf hanya 26. Jadi, mungkin kebetulan mirip. Kamu
pasti memikirkan seseorang yang kebetulan inisialnya mirip aku. Ya. Kebetulan.
Oya.
Kebetulan juga kamu perhatian sekali kepadaku. Menanyakan kabar, menanyakan
makan, menanyakan kesehatan ketika sakit, dan lain sebagainya. Ah, kamu. Sering
membuatku merasa bersemangat dalam beberapa jam ke depan, bahkan seharian. Kamu
pasti tidak mengetahuinya bukan? Bahwa setiap apa pun yang kamu katakan, dan
itu untukku, aku merasa seperti seorang anak kecil yang mendapatkan balon atau
permen. Girang bukan kepalang. Tapi kemudian aku berpikir, karena kita teman,
mungkin kamu memang selalu melakukannya. Bukankah teman selalu saling
memperhatikan? Ya, perhatianmu juga mungkin kebetulan. Kebetulan aku ini teman.
Kebetulan. Jadi kamu perhatian.
Dari
dulu aku mencintaimu. Dan dulu, hal sekecil apa pun yang kamu lakukan untukku
membuatku berpikir kamu merasakan hal yang sama. Tapi sejak aku mengajak kamu
makan malam berdua di tempat yang menyenangkan, dan kamu menolaknya ketika itu, aku kemudian menganggap semua hal
antara kamu dan aku yang terlihat berhubungan sebagai, “mungkin kebetulan.”
Categories:
Flashfiction
Ah, persis kisahku kak.
Jangan kebetulan, tolong! :)
Semoga tidak 'kebetulan' ya dek. Semoga. :)
Waaa aku suka rangkaian kata-katanya.
Sukaa deh *ngacungin jempol* :D
@Lulu: Terima kasih, dek. :D
Mungkin juga tidak kebetulan kak. Semua sudah ada yang merencanakan bukan?
glad to know there's someone who has the same story as me :)
Keren banget, Om >.<
Ini mirip2 kisahku *halah,ngaku2*..
Suka postingan ini :D
Beberapa paragraf diatas yang "mengulang" ditutup dengan klimaks yang dalam. Aku suka! :D